7.5.08

KREATIVITAS YANG TERKUNGKUNG


Hampir sepanjang hari, televisi yang sudah sangat dekat dihati dan merupakan sahabat sejati masyarakat Indonesia, menayangkan acara-acara yang sangat “digemari” oleh “masyarakat Indonesia.” Dari mulai memasak yang bukan masakan khas Indonesia, sampai dengan sinetron yang mengangkat “kehidupan sehari-hari masyarakat”. Sering kita jumpai sebuah sinetron terasa sangat dipaksakan karena cerita yang ngalor-ngidul nggak keruan. Katanya ratingnya bagus, Menurut “riset” AC NELSEN sehingga pihak setasiun televisi harus memperpanjang sinetron tersebut.

Sinetron yang katanya mengangkat kehidupan sehari-sehari masyarakat, terasa asing buat kita. Artinya, kita tidak mengenal budaya yang dipaparkan di sinetron.. Kita menjadi merasa bahwa itu adalah bagian dari budaya kita adalah setelah kita dicuci otak oleh sinetron. Setiap hari menyaksikan kisah, maka secara tidak sadar, apa yang kita lihat terserap dalam otak kita dan akan memengaruhi pola pikir dan perilaku kita. Budaya masyarakat kita saat ini adalah budaya yang dibentuk oleh Sinetron, yang notabene, adalah milik AC NIELSEN. Kenapa? Karena sebuah sinetron bisa diperpanjang masa tayangnya ketika AC NIELSEN memberi ranking 1-10 kepada sebuah sinetron. Apakah kita tahu bagaimana pola riset atau survey AC NIELSEN, sehingga dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Indonesia menyukai sebuah sinetron? Jumlah penduduk negeri adalah lebih dari 200 juta jiwa, layakkah diwakili oleh hanya sekitar 5.000-10.000 penduduk saja untuk menyimpulkan masyarakat menyukai sebuah tayangan televisi? Rating is BULLSHIT!!!!!!!!!!!!!!!

Kalau kita jeli, kita tidak akan pernah menemukan sebuah tayangan sinetron atau tayangan jenis lain, yang memuat akar budaya negeri dan menjunjung tinggi moral bangsa, bisa bertahan lebih dari 13 episode. Coba kita semua renungkan dan kita ingat. Adakah? Tidak ada. Kiamat sudah dekat bisa sedemikian panjang karena SBY mengatakan kalau sinetron itu bagus. Kalau toh memang ada tayangan bermoral yang bisa panjang, ini hanya sebagai penyeimbang dan sebagai kamuflase saja.

Metode rating yang sedang berkuasa di negeri kita ini adalah sebuah konspirasi untuk memandulkan budaya lokal dengan budaya antah berantah yang diusung oleh tayangan sinetron. Sebuah konspirasi yang membunuh kreativitas para sinetronmaker, karena harus patuh pada tuhannya sinetron yaitu rating. Para sinetronmaker tak memiliki kegelisahan kreativitas, mereka hanya memiliki kegelisahan perut. Para produser, hampir sebagian besar sama saja.

Sinetron sudah diselingkuhi oleh anak dari lucifer, yang nantinya akan melahirkan budaya-budaya baru dimasyarakat kita dengan label Modernitas global. AC Nielsen adalah titisan lucifer untuk membentuk sebuah dunia baru yang berseberangan dengan azasi manusia secara keseluruhan. Sebagaimana iblis yang menolak bersujud kepada Adam.
-------------------- Tulisan Sejenis:
-----------------------

Tidak ada komentar: